
Oleh Kezia Stefanie/25 dan Levina Wuliutomo/26
When the phone rings merupakan drama adaptasi dari novel yang laris di Korea, dimana judul asli dari webtoon ini adalah “The Number You Have Dialed”. Seri televisi ini ditulis oleh Kim Ji-woon, dibintangi oleh Yoo Yeon-seok, Chae Soo-bin, Heo Nam-jun, dan Jang Gyu-ri. Tayang perdana di MBC TV pada tanggal 22 November 2024. When the Phone Rings, sama seperti web novelnya, mengusung genre thriller romantis dengan mengisahkan tentang politisi muda bernama Baek Sa-eon yang merupakan putra dari keluarga politikus terpandang. Ia menikah dengan anak seorang tokoh media terkemuka di Korea bernama Hong Hee-joo.
Drama ini berhasil menggambarkan karakter-karakternya secara kompleks dengan berbagai latar belakang dan emosi-emosinya. Seperti karakter Baek Sa-eon yang digambarkan sebagai pria dewasa yang dingin tetapi menyimpan kerentanan yang dikarenakan kisah masa lalunya dan cinta yang mendalam terhadap sang istri, Hong Hee-joo. Emosi-emosi dalam tiap adegan dalam drama ini juga didukung oleh adanya sinematografi yang baik, seperti pemilihan sudut kamera dan pencahayaan yang baik sehingga dapat menciptakan suasana adegan yang sempurna dan juga menambah intensitasnya.
Terlepas dari kelebihan-kelebihan dalam drama ini, terdapat beberapa aspek yang membuat drama ini terkesan kurang. Alur dalam film ini menggunakan alur maju mundur yang terkesan tidak jelas terutama pada saat bagian flashback ke latar belakang karakternya yang membuat penonton makin merasa bingung dengan alurnya. Selain itu, banyaknya adegan yang tidak masuk akal, seperti pada saat Hong-hee joo jatuh dari perbukitan ke jurang yang cukup curam dan penuh pepohonan tetapi ia tetap selamat dan hanya mendapat beberapa luka ringan. Beberapa adegan plot twist dalam drama ini banyak juga yang terkesan dipaksakan seperti pada adegan saat Baek Sa-eon hampir mengetahui rahasia bahwa Hong-hee jo lah penelpon misterius tersebut, tiba-tiba langsung ada sebuah mobil yang menutupi Hong-hee joo sehingga rahasianya tidak jadi terungkap. Permasalahan yang paling menonjol pada drama ini terdapat pada episode akhir. Puncak kekecewaan terhadap drama ini adalah kehadiran unsur propaganda di menit-menit terakhir. Penulis skenario menyelipkan permasalahan politik cukup sensitif antara Israel dan Palestina yang seharusnya tidak perlu ada dalam drama romantis seperti ini. Drama dan film Korea memang kerap digunakan sebagai alat kritik sosial kehidupan bermasyarakat, tetapi situasi yang ditampilkan sangat keliru dan sesungguhnya tidak diperlukan sama sekali untuk drama ini. Penulis sengaja menggunakan nama samaran untuk negara berkonflik, yakni Paltima dan Izmael. Paltima disebut menyerang Izmael dan menyandera warga Korea Selatan. Hal tersebut mendatangkan banyaknya kekecewaan dari publik maupun penonton, sehingga ulasan drama ini menjadi anjlok dengan penilaian bintang 1,2 dari 5 di Google.
Pada akhirnya, When the Phone Rings menjadi drama yang alurnya semakin lama semakin lemah dan tidak jelas pada episode-episode akhir. Ending yang bahagia dari karakter utamanya pun seperti tidak bisa menyelamatkan kesalahan tim kreatif, terutama saat menyelipkan unsur-unsur politik yang keliru dan tidak dibutuhkan sama sekali dalam plot When the Phone Rings. Sebelum When the Phone Rings, beberapa drama sudah dikritik karena menggambarkan isu atau kelompok masyarakat negara di luar Korea Selatan secara keliru. Kritik-kritik tersebut seharusnya bisa menjadi perhatian bagi penulis skenario untuk lebih berhati-hati menggambarkan permasalahan di dunia nyata.
0 Comments